Waduh, Karena Tak 'Puas' di Daerah ini Setiap Harinya ada 4 Mama Muda yang Jadi Janda 

Foto : Ilustrasi (Internet)

Loading...

MEDIALOKAL.CO - Perceraian memang merupakan sebuah masalah serius dalam rumah tangga.

Sebab, banyak rumah tangga yang tidak langgeng, dan akhirnya berakhir di tengah jalan.

Hal itu bisa menimpa siapa saja.

Baik masyarakat umum, maupun kalangan selebriti.

Loading...

Bahkan, termasuk mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama juga harus mengakhiri rumah tangganya dengan istrinya, Veronica Tan melalui perceraian.

Tentu hal itu sangat disayangkan banyak orang.

Perceraian memang bisa disebabkan oleh banyak hal.

Banyak persoalan atau faktor yang membuat pasangan suami istri mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama di Jawa Timur.

Menurut catatan Pengadilan Agama Surabaya, pada kasus perceraian saat ini didominasi oleh kaum hawa yang tak “puas”.

“Kebanyakan kasus (perceraian) adalah pengajuan dari sang istri. Faktornya karena tak puas akan penghasilan dan urusan biologis,” jelas Drs Mufi Ahmad, Humas Pengadilan Agama Surabaya, Jatim, Jumat (25/5/2018).

Seiring fenomena tersebut, jumlah mama muda berstatus janda terus meningkat setiap harinya 2 hingga 4 orang.

Sedangkan, fenomena perceraian di Jawa Timur ini rata-rata di usia produktif antara 30 sampai 40 tahun.

“Kalau total Jawa Timur ada 1.314 kasus pengajuan perceraian di pengadilan selama empat bulan pertama 2018 ini,” paparnya.

Dari total angkabtersebut 371 kasus karena faktor ekonomi, 366 kasus karena alasan tak harmonis, 214 kasus karena tak ada tanggungjawab, 204 kasus karena gangguan pihak ketiga dan 65 kasus karena KDRT.

“Untuk kasus pengajuan cerai karena Poligami ada diperingkat tujuh dengan jumlah 19 kasus pengajuan perceraian,” tandasnya.


Kisah Wiwin

Wiwin (33) hanya bisa berserah saat mengikuti sidang di pengadilan Agama, Jumat (25/5/2018).

Kangkah berat sembari merundukkan kepala Ibu satu anak ini menceritakan kisah hidup rumahtangganya yang kini diujung perpisahan resmi.

Baginya, perceraian bukanlah solusi tepat untuk menyelesaikan permasalahan rumahtangga.

“Cerai itu bagi saya beban meski saya yakin dan percaya kuat menghadapi himpitan perekonomian saat sendiri,” ucapnya kepada TribunJatim.com.

Selain beban ekonomi, beban psikologi justru menjadi kendala utama saat kesendirian menyelimuti.

Bagi wanita asal Kecamatan Taman, Sidoarjo, yang sudah mengikuti sidang perceraian tahap dua ini.

Tekanan batin menjadikannya terasa putus asa dan mendesaknya untuk meraih kesempatan yang ada.

Ia menceritakan, proses perceraian bersama suaminya asal Kabupaten Gersik sekarang ini adalah yang kedua kalinya.

Sebelumnya, ia sudah berumahtangga dengan lelaki asal Kabupaten Mojokerto dan kandas lantaran mantan suami pertamanya selingkuh berkali-kali.

Sedangkan perceraian suami kedua ini ia tempuh lantaran sang suami tak memberi nafkah batin dan duniawi.

“Gak cuman itu tok (bukan cuman itu saja), anak ku pernah luka lebam di bagian kepala dan badannya,” ungkapnya.

“Saya tanya sekali, dua kai, dan saat tidur bareng karena suami tak pulang. Anak lakiku (lelaki) bilang habis dihajar bapak,” lanjut wanita berambut sepundak ini.

Bagi seorang ibu rumahtangga, diberi penghasilan 50 persen dari penghasilan sang suami baginya sudah sangat bersyukur.

Hanya saja, suami keduanya ini justru hanya memberi 30 persen dari penghasilannya bekerja di pabrik yang mencapai Rp 5 juta lebih.

“Padahal bayar listrik, bayar air, buat masak itu gak cukup. Untungnya saya kerja dan bisa bertahan menutupi kekurangan dan bisa menyekolahkan anak semata wayang ku,” sahutnya sembari mengusap air mata yang mulai menetes di kedua pipinya.

Setahun berjuang bersama suami kedua, Wiwin memperoleh cobaan karena dipecat sepihak oleh pabriknya.

Sebulan dua bulan ia bertahan menerima uang gaji snag suami yang tak juga ditanbah meski sudah mengeluh kekurangan.

Sampai akhirnya sang suami yang ia kenal melalui sosial media Facebook ini pun dengan sendirinya pulang ke rumahnya tanpa pamit.

Wiwin yang khawatir pun mencoba menghubungi nomor ponselnya namun tak aktif.

Tiga hari berjakan ia mencoba mendatangi rumah mertuanya dan sang suami pun tidur di kamar.

Sampai akhirnya ia di suruh menghadap kedua mertuanya dan ditanya ada masalah apa?

Wiwin yang tak mengatahui apa-apa pun menjawab bahwa gak ada masalah dan pertengkaran.

Usai bertemua kedua meruta, wanita berkulit sawo matang ini pun menghampiri sang suami.

Namun tak ada tanggapan serius dan yang mengejutkan sang suami berkata tak mau hidup bersama lagi.

“Sudah aku mau pulang saja, nanti kal ada waktu aku ambil pakaian dan barang di rumah,” cetus Wiwin menirukan kalimat sang suami.

“Ya usai dibilang gitu saya tanya ada apa kok sampai mau pisahan? Apa perlu aku ikut hidup di rumah ini (mertuanya),” katanya menceritakan perbincangan empat mata di kamar.

Rayuan demi rayuan Wiwin coba tuk meyakinkan sang suami agar tak membuatnya berstatus janda tuk kedua kalinya.

Hanya saja, ratusan kalimat tentang kesabaran dan menerima apa adanya ke sang suami tak didengarkan.

Sampai akhirnya ia pun diminta mengurus perceraian karena sang suami sudah tak berah lagi.

“Padahal kalau tekanan dan himpitan ekonomi keluarga saya dan anak saya yang ngerasain,” ujar Wiwin.

“Suami saya sebulan hidup dengan uang gaji Rp 3,5 juta lebih dan kata suami saya mauoun mertua juga gak ada hutang,” lanjutnya.

“Lah saya uang Rp 1,5 juta menghidupi anak, memasak kesukaanya, membayar listrik, bayar air. Apa cukup hidup sebulan?,” eluhnya.

Meski berat meminggul ekonomi keluarga, Wiwin pun menerima ajakan sang suami tuk bercerai.

Bahkan, pengurusan perceraian dan bea ia tanggung sendiri lantaran calon mantan suaminya ini tak mau mengurus dan membayar bea perceraian.

“Ya doakan saja saya kuat menghadapinya. Allhamdulilah saya sudah kerja lagi di pabrik kecil. Jadi lumayan bisa hidupi anak meski pas-pasan,” pungkas Wiwin.(*)

 

 

 

 

Sumber : BANGKAPOS.COM






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]